Rabu, 01 Mei 2013

MAKALAH OBSTIPASI


 BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang  
Dewasa ini, banyak sekali timbul keluhan dan gangguan penyakit di lingkungan masyarakat terutama yang disebabkan oleh adanya pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur sehingga menyebabkan gangguan pada saluran pencernaaan. Salah satunya adalah obstipasi yang umumnya disebut juga dengan sembelit. Obstipasi merupakan kelainan pada sistem pencernaan dimana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Sebagian besar orang pasti pernah mengalami obstipasi.
Obstipasi ada yang ringan dan ada yang berat. Konstipasi yang berat atau cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Apabila seseorang menganggap remeh obstipasi ini dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal bagi penderitanya. Jika tidak segera ditanggulangi, akan menyebabkan terjadinya infeksi pada saluran pencernaan. Dan jika sudah akut, kemungkinan besar sulit diobati.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang segala sesuatu tentang obstipasi dan cara penanganannya, akan timbul petanyaan- pertanyaan yang terkait, seperti apa sebenarnya definisi dari obstipasi? Apa saja penyebab obstipasi? Bagaimana gejala-gejala obstipasi? Bagaimana cara penanganan obstipasi? Jenis tanaman apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dalam pengobatan obstipasi? Dari tanaman obat tersebut, bagian mana saja yang berkhasiat? Bagaimana cara pengolahannya sehingga siap digunakan sebagai obat tradisional untuk obstipasi? Dan selanjutnya bagaimana cara penggunaan yang tepat sehingga efektif untuk menyembuhkan obstipasi? Berbagai permasalahan di atas akan dibahas dalam makalah berikut, sehingga dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan masyarakat terutama tentang konstipasi dan jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai obat obstipasi sehingga diharapkan selanjutnya masyarakat dapat melakukan pengobatan sendiri secara tradisional yang efektif, efisien, dan aman.        

1.2 Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari obstipasi ?
2.    Bagaimana etiologi dari obstipasi ?
3.    Bagaimana tanda dan gejala dari obstipasi ?
4.    Bagaimana patofisiologi dari obstipasi ?
5.    Apa saja jenis dari obstipasi ?
6.    Bagaimana komplikasi dari obstipasi ?
7.    Bagaimana menajemen terapi dari obstipasi ?
8.    Bagaimana penatalaksanaan dari obstipasi ?
1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari obstipasi.
2.      Untuk mengetahui etiologi dari obstipasi.
3.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari obstipasi.
4.      Bagaimana patofisiologi dari obstipasi.
5.      Untuk mengetahui jenis dari obstipasi.
6.      Untuk mengetahui komplikasi dari obstipasi.
7.      Untuk mengetahui menajemen terapi dari obstipasi.
8.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari obstipasi.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan mengeluarkan tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.
2.2 Etiologi
1.      Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang mengandung selulosa.
2.      Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan myodem. Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid semua proses metabolisme berkurang.


3.      Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, sehingga anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
4.      Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang mengalami trombosis.
5.      Kelaina konjenital
Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital (penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan mekonium.
 Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama.
6.      Penyebab lain
Misalnya karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong terjadinya peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.




2.3 Tanda dan Gejala
1.      Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih
2.      Sakit dan kejang pada perut.
3.      Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot.
4.      Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.
5.      Bising usus yang janggal.
6.      Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
7.      Terdapat luka pada anus.
2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
1.      Asupan cairan yang adekuat.
2.      Kegiatan fisik dan mental.
3.      Jumlah asupan makanan berserat.

Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan obstipasi.
2.5 Jenis Obstipasi
1.      Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara mudah dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.
2.      Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya memulai peregangan berlebihan secar kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tanpa meregang rectum lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberika respon, dinding rectum faksid dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif.
2.6 Komplikasi
1.      Perdarahan
2.      Ulcerasi
3.      Obstruksi parsial
4.      Diare intermitten
5.      Distensi kolon menghilang sensasi regangan rectum yang mengawali proses defekasi.


2.7 Majemen Terapi
          Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan :
1.      Penilaian asupan makanan dan cairan
2.      Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan
3.      Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi.
2.8 Penatalaksanaan
1.      Mencari penyebab
2.      Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
3.      Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa.













BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pngeluaran tinja selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.
Adapun penyebab dari obstipasi seperti kebiasaan makan, hypothyroidisme, keadaan mental, penyakit organis, kelainan congenital, dan sebagainya.  Tanda dan gejala dari obstipasi yaitu Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih sakit dan kejang pada perut, pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot, Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum, bising usus yang janggal, merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala, terdapat luka pada anus.
Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor yaitu asupan cairan yang adekuat, kegiatan fisik dan mental, jumlah asupan makanan berserat. Jenis obstipasi ada dua yaitu obstipasi akut dan obstipasi kronis.
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan, Penilaian asupan makanan dan cairan, Penilaian dari kebiasaan usus (Kebiasaan pola makan), Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi. Penatalaksanaannya yaitu mencari penyebab, menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis, pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksativa.
3.2    Saran
a.       Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih mengetahui tanda dan gejala serta penanganan untuk obstipasi, dan menjaga pola makan agar tidak terjadi obstipasi.
b.      Untuk pelayanan kesehatan
Diharapkan petugas keesehatan lebih waspada terhadap kasus obstipasi dan lebih cepat dalam penanganan terhadap pasien yang mengalami obstipasi.













DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Fauziah, Afroh. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya

1 komentar:

  1. informasi yang sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan,, sukses selalu.. :)

    BalasHapus